BERAS MISKIN UNTUK KELUARGA DAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT
BERAS MISKIN UNTUK KELUARGA DAN BANTUAN LANGSUNG
SEMENTARA MASYARAKAT
1 EB
22
ALEENA
PRICILLA (20213630)
IRENE
PUTRI ISLAMI (24213467)
MELLY
RETNOWATI (25213438)
NURUL
PRATIWI FITRIANI (26213736)
PUTRI
HEMASITA BALQISH HUTAGALUNG (2721309)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Menjadikan
rakyat sejahtera merupakan tujuan utama dan harapan setiap pemimpin. Program
Pro Rakyat yang menjadi ciri khas Pemerintahan Presiden SBY menjadi dambaan
rakyat di seluruh Tanah Air, sehingga masyarakat sangat berharap program ini
terus berlanjut dan berkesinambungan agar rakyat semakin sejahtera. Program Pro
Rakyat yang dibingkai dalam 4 klaster merupakan terobosan pemerintah dalam
mengakselerasi atau mempercepat pengurangan kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia. Dalam konteks ini, Presiden SBY telah menjadikan Program Pro Rakyat
sebagai program unggulan pemerintahannya dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat, terutama membantu kalangan kurang mampu agar kehidupannya semakin
membaik.
Dalam
kesempatan kali ini, kelompok kami akan membahas secara singkat mengenai Program
Pro Rakyat yaitu, Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) dan Bantuan Langsung
Tunai (BLT) atau sekarang dikenal dengan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM).
B.
Perumusan
Masalah
- Megetahui upaya pemerintah dalam
mesejahterakan masyarakat
- Mengetahui apa itu raskin
- Mengetahui apa itu BLT
- Dan lain sebagainya
PEMBAHASAN
BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN )
A.
Subsidi
Pemerintah Melalui Raskin Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Subsidi
pemerintah melalui beras keluarga miskin (raskin) ternyata mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Bahkan efek kesejahteraan yang ditimbulkan jauh lebih
besar dibanding subsidi pemerintah lainnya di bidang bahan pokok seperti gula
dan minyak goreng.
Menurut
Aris Yunanto dalam disertasinya berjudul “ Analisis Dampak Subsidi Raskin dan
Alternatif Subsidi Pangan Lainnya Terhadap Perubahan Kesejahteraan Rumah
Tangga”, melalui raskin kesejahteraan setiap rumah tangga meningkat sebesar Rp
991 ribu di tahun 2007. “ Sedangkan di tahun 2008, meningkat hingga Rp 1 juta,”
katanya, di hadapan sidang promosi gelar doktornya di bidang Ilmu Ekonomi,
Universitas Indonesia, Jumat (30/7).
Hal
ini berbanding terbalik dengan kesejahteraan masyarakat yang dihasilkan subsidi
minyak goreng dan gula. Minyak goreng misalnya, di tahun 2007 dengan subsidi
yang ada hanya mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin sebesar Rp
2470. Sementara itu, di tahun 2008, kesejahteraan karena subsidi ini hanya
sebesar Rp 7708.
Untuk
gula, berdasar penelitian yang ia lakukan, subsidi pemerintah hanya
meningkatkan kesejahteraan sebesar Rp 9280. Bahkan di tahun 2008, kesejahteraan
tak meningkat malah turun hingga Rp 7708.
Diutarakan
Aris, peningkatan kesejahteraan rakyar miskin melalui beras memberikan
kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebesar Rp 53,233 Triliun
di tahun 2007 dan Rp 58,996 Trilliun tahun 2008.
B.
Upaya
Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Upaya
pemerintah mewujudkan perlindungan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
warga miskin khususnya di Kabupaten Tangerang terus dilaksanakan, antara lain
melalui program terpadu Raskin, PKH dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM). Raskin atau beras untuk rumah tangga miskin merupakan program bantuan
beras bersubsidi dari Pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau
rumah tangga sasaran (RTS). Pagu Raskin untuk Kabupaten Tangerang tahun 2013
tercatat 2.206.350 kg untuk 147.090 RTS.
Guna
kelancaran penyaluran beras untuk rumah
tangga miskin (raskin) tersebut, Pemkab Tangerang dalam hal ini Badan Ketahanan
Pangan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, melakukan upaya
sosialisasi terus menerus mengenai data
terbaru BPS 2011 kepada penerima manfaat, khususnya di daerah-daerah yang
mengalami pengurangan RTS dan bekerjasama dengan aparat tingkat kecamatan,
kelurahan sampai desa-desa penerima raskin. Upaya sosialisasi oleh petugas
raskin cukup penting, karena hal ini akan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, terutama bagi mereka yang dulu sudah menerima raskin, tetapi
sekarang tidak ada namanya dalam data BPS 2011. “Sejak diberlakukan data BPS
2011 pada Juni 2012 awalnya banyak protes dari warga karena masih ada yang
tidak akurat. Tapi setelah ada penjelasan dari petugas raskin kecamatan, kelurahan,
desa dan petugas dari Subdivre Bulog Kabupaten Tangerang, mereka kemudian dapat
menerimanya,” kata Harun, salah satu tim sosialisasi raskin dari Subdivre Bulog
Kabupaten Tangerang.
Menghadapi
adanya perubahan jumlah RTS dari data BPS tahun 2008 ke data BPS tahun 2011,
dimana ada pengurangan dan penambahan di beberapa kelurahan maupun kecamatan,
sehingga menimbulkan sedikit hambatan dalam pendistribusian, khususnya bagi
desa yang mengalami pengurangan jumlah RTS. Untuk daerah yang mengalami penambahan
RTS relatif mudah dibagikan, tapi sebaliknya bagi daerah yang ada pengurangan
RTS, memerlukan musyawarah antar warga
untuk persetujuan pendistribusiannya. Menurut Zajuli (41 tahun) Ketua RT 03 RW 04, yang menjabat sebagai
salah satu petugas raskin di Desa Surya Bahari, Kecamatan Cituis, data RTS yang
terbaru itu terbit atas pendataan yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Tangerang
dan tidak melibatkan pihak desa, kelurahan atau kecamatan. “Pengurangan daftar
RTS yang menerima raskin banyak yang tidak akurat. Setahu saya pendataan itu
tidak melibatkan pihak kelurahan atau kecamatan,” kata Zajuli.
Sebelum
melaksanakan peninjauan ke masyarakat penerima manfaat, tim melakukan
pengecekan ke gudang Kab Tangerang, dimana data administrasi dan bukti stok
beras yang ada sampai 4 September 2013,
terdapat penyimpanan stok beras sebanyak 65.000
ton, terdiri asal dalam negeri (Tangerang dan sekitarnya) sebanyak 4.000
ton dan asal luar negeri (Vietnam) sebanyak
61.000 ton. Hasil pengecekan di
gudang tersebut, menunjukkan kualitas beras medium kondisi baik (putih, tidak
bau, tidak berkutu) sesuai dengan persyaratan dalam kualitas beras yang diatur
dalam Inpres Kebijakan Pengadaan dan Penyaluran Gabah/Beras oleh Pemerintah dan
standar beras impor Perum Bulog. Dengan kondisi stok beras yang ada sebanyak
65.000 ton dan jika dihadapkan kebutuhan raskin untuk daerah kerja Sub. Divre
Wilayah Kabupaten Tangerang
sebanyak 211.161 RTS (Kabupaten Tangerang = 147.090 RTS, Kota
Tangerang = 47.394 RTS dan Tangerang Selatan = 16.677 RTS), berarti mampu
menyediakan beras untuk 21 bulan ke depan.
Sehubungan pelaksanaan penyaluran raskin tersebut, Tim
Bertindak Untuk Rakyat melakukan peninjauan langsung penerima manfaat di Desa Surya Bahari, Kecamatan Cituis. Di Desa ini, terutama RT 03 RW04 terdapat 120
RTS dari 130 KK dengan pagu sebesar
1.800 kg/bulan. Pada tahun 2013 ini penyaluran raskin sama seperti tahun 2012,
di mana raskin yang diterima oleh Ketua RT disalurkan secara merata ke warga.
Hal ini dilakukan karena semua warga umumnya menginginkan Raskin, sehingga
berdasarkan musyawarah warga penerima manfaat, mereka setuju untuk disalurkan
ke semua warga secara merata. Untuk tahun 2013 ini sejak Januari sampai Agustus
diberikan kepada RTS masing-masing 10 kg dengan harga Rp 2.000/kg, bukan Rp
1.600 dengan alasan untuk biaya angkut dan operasional dari titik distribusi ke
RT masing-masing.
Meskipun
dibagi rata dan harganya lebih mahal, penyaluran raskin ini mendapat sambutan
positif warga miskin di Desa Surya Bahari, Kecamatan Cituis. Salah satunya
adalah Hindun (55 tahun), janda beranak 4
warga RT 03 RW 04 Desa Surya Bahari, Cituis. Ia mendapat raskin 10 kg dengan membayar Rp 20
ribu setiap bulan di rumah Ketua RT 03 RW 04. Masih menurut Hindun, raskin yang
diterimanya dapat mencukupi kebutuhannya hingga 2 mingguan. “Berasnya
kadang-kadang bagus, putih dan enak dimakan, tapi kadang jelek, kuning, bau dan
gak enak dimakan,” ungkapnya.
Nada
serupa disampaikan Siyus (57 tahun) yang tinggal di Cituis. Janda ini mendapat
raskin sebanyak 10 kg dengan membayar Rp 20 ribu. ”Terima kasih kepada
pemerintah yang telah mengadakan raskin buat warga miskin. Seperti saya ini
sangat berat kalau harus beli beras di warung yang harganya Rp 7.500/kg, syukur
ada raskin yang hanya Rp 2.000/kg. Tapi raskinnya jangan jelek kayak bulan
lalu,” ucapnya.
Sementara
pendapat yang sama diungkapkan Rohinah (27 tahun), ibu 4 anak yang masih
kecil-kecil, warga Desa Muara, Kampung Bolang, Teluk Naga. Menurutnya, raskin
yang diterimanya bisa menghemat pengeluaran belanja sehari-hari, dimana
seharusnya membeli beras 10 kg seharga Rp 75 ribu tapi dengan program raskin
cukup Rp 20 ribu. “Mohon pemerintah meneruskan raskin, karena banyak manfaatnya
bagi warga miskin," ujarnya.
Dari
peninjauan tersebut, terlihat penyaluran raskin belum tepat sasaran, jumlah,
kualitas dan harga. Meskipun demikian, penambahan raskin terkait kenaikan BBM sudah tersalur 100% (raskin ke-13,14 dan 15).
Namun berdasarkan ungkapan penerima manfaat tersebut, kondisi raskin yang
diterima terkadang berkualitas tidak layak konsumsi, seperti kuning, hancur dan
bau apek. Menurutnya, mereka tidak
berani protes bila mendapatkan raskin yang tidak layak konsumsi, karena takut
tidak akan dapat lagi. “Saya diam saja kalau terima beras jelek, sebab takut
dibilang cerewet dan nanti takut dicoret dari daftar raskin,” celetuk
Rohinah. Namun pada kesempatan tersebut,
tim memberikan penjelasan tentang hak kualitas raskin yang seharusnya diterima
dan mereka merespons akan melakukan protes atau mengembalikan raskin kepada
petugas raskin, bila menerima raskin
yang tidak layak konsumsi.
Secara nasional
pagu raskin tahun
2013 sebanyak 3.49 juta
ton untuk 15,5 juta RTS dengan total anggaran sebesar Rp21,4
triliun. Setiap RTS memperoleh Raskin 15
kg/bulan dengan harga Rp 1.600/kg. Raskin yang disalurkan berkualitas medium,
tidak bau, tidak apek dan tidak berkutu. Raskin didistribusikan oleh Perum
Bulog ke titik distribusi. Dari titik distribusi Raskin menjadi tanggung jawab
Pemda untuk disalurkan ke masing-masing RTS.
Di
samping menerima raskin, warga miskin di Kabupaten Tangerang juga mendapat
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang merupakan bantuan tunai
sebagai kompensasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Bantuan dana
tunai tersebut diambil langsung yang bersangkutan di kantor pos yang ditunjuk,
dimana untuk Kabupaten Tangerang akan diberikan kepada 147.090 warga miskin
dengan besaran Rp 150 ribu/RTS/bulan selama 4 bulan. Adapun total anggaran
untuk tahap pertama adalah sebesar Rp 44.127.000.000 dengan realisasi
penyaluran BLSM yang dilaksanakan pada Juni 2013 sebesar Rp 41.614.500.000
(94,31%), sedangkan sisanya sebesar 5,69% tetap disalurkan sesuai peraturan.
Adapun untuk tahap kedua dimulai pada minggu pertama September dengan jumlah
besaran yang sama dengan tahap pertama yaitu sebesar Rp 300 ribu. Hasil
peninjauan, diketahui bahwa dana BLSM sangat membantu warga miskin untuk
kehidupan sehari-hari, terutama untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar
pangannya, seperti tambahan lauk pauk, telor, tahu, tempe, ikan, dan untuk
transportasi, yang mengalami kenaikan harga sebagai dampak kenaikan BBM.
Selain
itu, pemerintah juga memberikan perhatian khusus bagi warga yang tergolong
sangat miskin, dimana untuk pertama kalinya PKH (Program Keluarga Harapan) pada
tahun 2013 ini akan dilaksanakan.
PKH di Kab.Tangerang diberikan
kepada warga sangat miskin sebanyak 27.754 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin)
yang tersebar di 26 kecamatan. Adapun dana yang akan diterima oleh
masing-masing peserta PKH sebesar Rp 800
ribu - dengan Rp2,8 juta/tahun. Melalui program ini diharapkan setiap RTSM akan
hidup layak dan anak-anaknya akan lebih terjamin dalam akses kesehatan dan pendidikan. Guna kelancaran pelaksanaan PKH di
Kab.Tangerang, Pemkab telah merekrut serta menyiapkan diklat bagi 85 pendamping
dan operator PKH berdasarkan hasil seleksi tingkat pusat.
Ketersediaan
pangan bagi warga miskin diwujudkan dalam program Raskin, di mana setiap Rumah
Tangga Sasaran (RTS) mendapat bantuan Raskin 15 kg per bulan dengan harga
subsidi sehingga hanya Rp 1.600/kg. Tak hanya itu, bagi masyarakat yang sangat
miskin dan memiliki balita, anak sekolah serta ibu hamil diberikan bantuan uang
tunai melalui Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga program ini juga disebut
bantuan uang tunai bersyarat.
Anggaran
subsidi Raskin ditingkatkan dari Rp 4,8 triliun pada tahun 2004 menjadi 18,8
triliun pada tahun 2014, atau meningkat hampir 400%. Peningkatan jumlah subsidi
ini seiring dengan peningkatan pelayanan penyaluran Raskin agar kualitas Raskin
sesuai dengan standar yakni berkualitas medium, tidak apek, tidak bau dan tidak
berkutu serta diberikan dengan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran.
Dari sisi jumlah penerima Raskin, secara bertahap dikurangi seiring dengan
membaiknya kondisi ekonomi para penerima Raskin. Hal ini juga sejalan dengan
berkurangnya angka kemiskinan dari tahun ke tahun, sehingga keluarga yang sudah
membaik, tidak lagi diberikan Raskin. Jika tahun 2008, sasaran Raskin diberikan
kepada 19,1 juta RTS, tahun 2014 jumlahnya berkurang menjadi 15,5 juta RTS.
Sementara itu, jumlah Raskin yang disalurkan sepanjang 2004-2014 sebanyak 29,51
triliun.
Tabel 6.1 Distribusi Persentase Rumah Tangga
Penerima Raskin
Menurut Desil Pengeluaran, 2009-2011
Desil
Pengeluaran
|
2009
|
2010
|
2011
|
||||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
||||||
D1
|
13,82
|
16,33
|
15,86
|
||||||
D2
|
12,67
|
14,85
|
15,26
|
||||||
D3
|
11,32
|
13,61
|
14,08
|
||||||
D4
|
10,68
|
12,09
|
12,99
|
||||||
D5
|
10,34
|
10,49
|
11,65
|
||||||
D6
|
9,33
|
9,24
|
10,26
|
||||||
D7
|
9,12
|
8,16
|
8,26
|
||||||
D8
|
8,41
|
6,85
|
6,10
|
||||||
D9
|
7,56
|
5,25
|
3,77
|
||||||
D10
|
6,75
|
3,13
|
1,75
|
||||||
Total
|
100
|
100
|
100
|
||||||
Sumber : Susenas 2009, 2010, 2011
BANTUAN LANGSUNG TUNAI (
SEKARANG DIKENAL DENGAN NAMA BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT )
Bantuan Langsung Tunai atau disingkat BLT
adalah program bantuan pemerintah berjenis pemberian uang tunai atau beragam
bantuan lainnya, baik bersyarat (conditional cash transfer) maupun tak
bersyarat (unconditional cash transfer) untuk masyarakat miskin. Indonesia
merupakan negara penyelenggara BLT, dengan mekanisme berupa pemberian
kompensasi uang tunai, pangan, jaminan kesehatan, dan pendidikan dengan target
pada tiga tingkatan: hampir miskin, miskin, sangat miskin.BLT dilakukan pertama
kali pada tahun 2005, berlanjut di tahun 2009 dan di 2013 berganti nama menjadi
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM). Program BLT diselenggarakan sebagai respon kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia pada saat itu,
dan tujuan utama dari program ini adalah membantu masyarakat miskin untuk
tetap memenuhi kebutuhan hariannya. Dalam pelaksanaannya, program
BLT dianggap sukses oleh beberapa kalangan, meskipun timbul kontroversi dan
kritik.
a.
Teknis Penyaluran BLT di Indonesia
Tahapan pelaksanaan
program bantuan langsung tunai di Indonesia umumnya dimulai dari sosialisasi,
verifikasi data nama nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang akan diberikan
bantuan, pembagian kartu BLT, pencairan dana, dan terakhir pembuatan laporan
dan evaluasi, Mekanisme pembagian BLT yang terstruktur baru diberlakukan pada
tahun 2008, dan mekanisme ini tetap digunakan pada tahun 2013.Tetapi di tahun
2013 penyelenggaran BLT tidak lagi menggunakan kartu, melainkan langsung dengan
kartu penerima beras miskin (raskin).
Rincian kerja dan mekanisme BLT adalah:
- Sosialisasi
dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika dan Departemen Sosial
bersama dengan elemen masyarakat lainnya seperti kepala pemerintah di
daerah-daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, dan tokoh-tokoh masyarakat.
- Setelah
nama dan alamat para nominasi penerima BLT terdaftar, selanjutnya data
dikirimkan ke PT Pos Indonesia untuk diproses.
- Selesai
diproses, kartu penerima BLT dicetak dengan tandatangan dari Menteri Keuangan. Selanjutnya kartu-kartu
tersebut dikirim kembali ke kantor kelurahan masing-masing untuk dicek,
setelah itu baru dibagikan.
- Kartu
yang telah dimiliki dapat digunakan untuk meminta pencairan dana BLT di
Kantor Pos atau di tempat-tempat tertentu sesuai jadwal masing-masing.
Jika kartu BLT hilang atau data tidak sesuai, warga tetap bisa meminta
dengan bukti berupa identitas diri seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, atau Surat
Keterangan dari Kelurahan. Tetapi kartu asli tanda terima BLT tetap tidak
bisa diganti.
- Terakhir,
BLT yang telah berjalan tiap bulannya akan dievaluasi dan diperiksa oleh
tim khusus dan hasil laporannya dikirim ke Departemen Sosial.
b. Kontroversi Program BLT di Indonesia
Selama
penyelenggaraannya, banyak kontroversi berkembang terkait program BLT dari
tahun ke tahun. Kontroversi tersebut berkembang dengan beragam
anggapan seperti program BLT sebagai alat pendongkrak popularitas jelang
pemilu, pembodohan bangsa, dan penambah beban dengan hutang. Konflik
yang berjalan pun berkembang menjadi protes dengan demo dari masyarakat, atau
perdebatan di kalangan para politikus.
1) BLT sebagai alat
pendongkrak popularitas
Kecurigaan
bahwa BLT sebagai alat penarik simpati berkembang karena pemberian BLT selalu
bertepatan dengan masa-masa pemilihan umum. Beberapa akademisi
maupun kritikus menganggap program BLT yang diselenggarakan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono adalah semata-mata demi meningkatkan popularitas partainya
yang sedang menurun
Sebelumnya
BLT dianggap sukses pada tahun 2005 tepat setelah SBY dilantik menjadi
presiden, lalu diwujudkan kembali di tahun 2009 di saat musim pemilihan
presiden. Hingga di tahun 2013, kecurigaan kembali menguat ketika
program BLT kembali digelontorkan tepat menjelang musim pemilu. Hal
ini sama seperti pada tahun 2009, hanya saja program tersebut berganti nama
menjadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Para pengamat
pun mengatakan, program BLT sebenarnya tidak diperlukan sebagai kompensasi
jelang kenaikan harga BBM, karena masyarakat Indonesia tidak terkena imbas
berupa kesulitan ekonomi pasca kenaikan BBM. Program BLT juga
disinyalir rawan manipulasi politik dalam hal pengelolaannya. Strategi
manipulasi itu mencakup jangka waktu distribusi, jumlah penerima, metode
pembagian bantuan, serta landasan hukum yang menyertainya.
2)
Dana BLT dari hutang
Temuan
paling kontroversial adalah ketika Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution,
membeberkan bahwa uang yang diperoleh untuk program BLT ternyata berasal dari
hutang. Hal itu dibuktikan oleh International NGO
Forum on Indonesian Development (INFID) ketika melakukan
penelusuran pada dokumen-dokumen perjanjian hutang. Mereka juga
menemukan bahwa program BLT adalah salah satu program kebijakan yang didesain
oleh Bank Dunia dan didukung oleh Asian Development Bank (ADB), dan Jepang.
Komentarnya mengenai program BLT dan hutang adalah :
“ Langsung atau
tidak langsung memang benar BLT adalah hutang. Hanya saja yang jadi pokoknya
sekarang bukan asalnya melainkan pemanfaatannya — Anwar Nasution, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) “
3)
Program BLT tidak mendidik
Selain
itu, beberapa pihak mengatakan program BLT juga dianggap sebagai program
pembodohan masyarakat yang merubah mental bangsa menjadi pemalas, peminta-minta,
dan manja.
" Program BLT
mendidik mental masyarakat menjadi pengemis — Muhammad Arwani Thomafi, ketua DPP
PPP. 1 Maret 2014 “
Uang
yang diberikan dari program tersebut juga dapat disalahgunakan oleh rakyatnya
sendiri, seperti membeli rokok,
minum-minuman, atau hal-hal yang melanggar tujuan utama dari program BLT.
c. Kelemahan program BLT di Indonesia
1) pembagian tidak merata disebabkan data yang digunakan adalah data
lama
2) program BLT kerap kali menciptakan peluang korupsi, dengan jalan
pemotongan dana bantuan dengan beragam cara.
3) Kurangnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan para pengurus tingkat daerah
4) Jumlah nominal insentif BLT sama sekali tidak memiliki pengaruh
signifikan bagi kesulitan yang dihadapi warga miskin. Uang 100 ribu per bulan
sama sekali tidak memenuhi kebutuhan harian, padahal harga sembako naik.
5) program BLT disinyalir
memicu konflik sosial di tengah masyarakat.
d. Fakta Mengenai Badan Pusat Statistik (BPS) yang tidak terkait
dengan BLT / BLSM
Badan
Pusat Statistik dari Pusat hingga ke Kabupaten/Kota tidak terkait sama sekali,
dalam penetapan penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Namun
penetapan data penerima BLSM tersebut, dilakukan Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Badan Pusat Statistik (BPS) sering
menjadi sasaran masalah. Seperti dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT),
Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) maupun Jamkesmas/Jamkesda. Dan dalam
penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sudah pasti BPS akan
kembali menghadapi maslah.
Data
BLSM memang berasal dari data PPLS tahun terkait yang didata BPS. Data tersebut
telah diserahkan kepada TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan). Dan TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) itu,
yang menentukan dan menetapkan penerima bantuan, seperti halnya BLSM, RASKIN,
Jamkesmas/Jamkesda. BLSM tidak terkait langsung dengan BPS. Berdasarkan
sambutan Mendagri, data BLSM bersumber dari BPS yang sudah disinkronkan dengan
e-KTP. Yang jadi masalah itu, karena pagu yang tidak dipakai seluruhnya. Inilah
yang menyebabkan data sering jadi masalah. Siapa yang memilih dan menetapkan
instansi atau lembaga yang punya program bekerjasama dengan TNP2K (Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)
PENUTUP
Subsidi
pemerintah melalui beras keluarga miskin (raskin) ternyata mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Bahkan efek kesejahteraan yang ditimbulkan jauh lebih
besar dibanding subsidi pemerintah lainnya di bidang bahan pokok seperti gula
dan minyak goring.
Anggaran
subsidi Raskin ditingkatkan dari Rp 4,8 triliun pada tahun 2004 menjadi 18,8
triliun pada tahun 2014, atau meningkat hampir 400%. Peningkatan jumlah subsidi
ini seiring dengan peningkatan pelayanan penyaluran Raskin agar kualitas Raskin
sesuai dengan standar yakni berkualitas medium, tidak apek, tidak bau dan tidak
berkutu serta diberikan dengan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran.
Dari sisi jumlah penerima Raskin, secara bertahap dikurangi seiring dengan
membaiknya kondisi ekonomi para penerima Raskin. Hal ini juga sejalan dengan
berkurangnya angka kemiskinan dari tahun ke tahun, sehingga keluarga yang sudah
membaik, tidak lagi diberikan Raskin.
Bantuan Langsung Tunai atau disingkat BLT adalah program bantuan pemerintah berjenis
pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat (conditional
cash transfer) maupun tak bersyarat (unconditional cash transfer)
untuk masyarakat miskin. Indonesia merupakan negara penyelenggara BLT, dengan mekanisme
berupa pemberian kompensasi uang tunai, pangan, jaminan kesehatan, dan
pendidikan dengan target pada tiga tingkatan: hampir miskin, miskin, sangat miskin. BLT dilakukan pertama
kali pada tahun 2005, berlanjut di tahun 2009 dan di 2013 berganti nama menjadi
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM). Program BLT diselenggarakan sebagai respon kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia pada saat itu,
dan tujuan utama dari program ini adalah membantu masyarakat miskin untuk
tetap memenuhi kebutuhan hariannya. Dalam pelaksanaannya, program
BLT dianggap sukses oleh beberapa kalangan, meskipun timbul kontroversi dan
kritik.
Demikianlah makalah dari kelompok kami mengenai analisa
pengentasa kemiskinan melalui beras miskin untuk keluarga dan bantuan langsung
sementara masyarakat. Kurang lebihnya mohon maaf. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
- Setkab.go.id/pro-rakyat-11023-perlindungan-sosial-untuk-meningkatkan-kesejahteraan-warga-miskin
- m.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/31/127634-disertasi-beras-raskin-mampu-tingkatkan-kesejahteraan
- id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar